Rabu, 17 Desember 2008

CATUR SANAK - CATUR NYAMA KANDA PAT

dr. Putu Melaya.

Savita pascatat savita purastat

savitottaratat savitadharattat

savita nah suvatu sarvatarti

savita no rasatam dirgham ayuh. (Rgveda.X.36.14)

Dewata dari arah barat, dewata dari arah timur

dewata dari arah utara, dewata dari arah selatan.

Semoga Ia melimpahkan rakmatNya,

semoga Ia mengaruniai kami panjang umur.

Dalam kehidupan manusia kita mengenal dengan saudara dalam arti yang cukup luas, tapi kehidupan bukan hanya fisik yang nyata dalam batas ruang dan waktu, tapi saudara ketika kita masih dalam kandungan, manusia percaya bahwa untuk memelihara bayi dalam kandungan diperantarai oleh selaput ketuban, cairan amnion, plasenta, serta lanugo yang dipercayai sebagai saudara bayi waktu masih dalam kandungan seorang ibu. Pada waktu bayi baru lahir, Kanda Pat atau Nyama Pat dibuatkan upacara sebagai ucapan terima kasih atas jasanya merawat kita (bayi) selama dalam kandungan dan menjaga selama hidup di Mercapada ini.

Ari-ari dan unsur lainnya dimasukan ke dalam kelapa gading yang sudah dibelah dua atau periuk tanah yang ditulisi bagian atasnya Ongkara dan bagian bawahnya Ahkara, bersama dengan ari-ari dimasukkan pula dengan benda-benda simbolis seperti duri, isi ceraken (rempah-rempah obat), anget-anget (ramuan penghangat), bunga, wewangian, sedah selasih (isi lakesan selengkapnya). Semua benda tersebut merupakan bekal bagi Sang Catur Nyama agar tetap hidup penuh kekuatan, setelah itu ditangkupkan dan dibalut dengan ijuk kemudian dibungkus dengan kain putih sebagai symbol gelap dan terang, sekarang Catur Nyama siap untuk dikembalikan ke bumi pertiwi. Laki-laki ditanam sebelah kanan dan perempuan ditanam di sebelah kiri pintu masuk rumah dilihat dari dalam rumah. Pada waktu menanam dan ditimbun tanah ditancapkan sebatang buluh yang berlubang sebagai alat menyalurkan air yang dituang dari luar.

Diatas timbunan diletakkan batu pilah (pipih), diberi pandan wong disebelahnya ditancapkan berdiri. Diatas batu diletakan sajen berisi nasi atau segahan 4 kepel, bawang jahe, dan garam yang diletakkan diats daun dapdap. Pada malam hari diletakkan balemen (bara kayu api) dan lampu sebagai simbolisme kekuatan dan kecermelangan yang akan selalu memancar dari Catur Nyama ini. Disebelahnya ditancapkan sanggah cucuk untuk menghaturkan sajen setiap harinya. Pada waktu menanam dan menimbun Catur Nyama atau Catur Sanak diucapkan :

Om Sang Hyang Ibu Pertiwi

rumaga bayu rumaga Amertha Sanjiwani

angamerthanin sarwa tumuwuh ( nama si bayi)

mangda dirghayusa nutugang tuwuh.

Setiap tindakan yang diperuntukkan kepada bayi hendaknya selalu mengingat akan ke empat saudaranya ini. Maka ketika memberikan ASI kepada bayi maka teteskanlah 4 tetes(jangan banyak) ke tanah untuk pemberian mereka. Pada waktu dalam kandungan keempat saudaranya ini bergelar Babu Sugian (ada juga yang menyebut Babu Ugian), Babu Lembana, Babu Abra (ada pula yang menyebut Babu Braganjeng atau Eraganjeng), dan Babu Kakered (ada pula yang menyebut Babu Kakereh atau Kakere). Maka setelah lahir si bayi, maka julukan mereka berubah menjadi Sang Anggapati (yeh nyom), Sang Prajapati (Sang Merajapati, rah), Sang Banaspati (ari-ari) dan Sang Banaspati Raja (lamas). Setelah tujuh bulan kembali ke sunya loka, agar manusia selamat agar selalu berbuat baik karena mereka selalu mengawasi dan mencatat perbuatan kita.

Sang Jogormanik merupakan pewayangan dari Wibhusakti, Sang Yamapati pewayangan Kriyasakti, Sang Dorakala pewayangan Sang Prabhusakti, Sang Citragupta pewayangan dari Sang Jannasakti. Menurut Purwwagamacasana pada waktu Siwa menciptakan dunia disuruh Sang Caturdewata yaitu, kearah timur Sang Kusika, kearah selatan Sang Gargha, kearah barat Sang Metri dan kearah utara Sang Kurusya. Kemampuan menciptakan dunia ini disebut Cadusakti yang digunakan untuk menciptakan dunia ini. Pada waktu sang nyama pat kembali ke sunya loka mereka kembali ke wujud asal mereka sebagai Sang Caturdewata.

Tempat keluar masuknya catur sanak pada tubuh janin bias diilustrasikan sebagai berikut :

Sang Anggapati, yang berasal dari yeh nyom masuk melalui mata dapat keluar masuk pada kama (sperma dan ovum), Sang Prajapati, yang berasal dari darah masuk melalui telinga dapat keluar masuk melalui telinga juga, Sang Banas Pati, yang berasal dari ari-ari masuk melaui hidung juga, Sang Banas Pati Raja, yang berasal dari lamas masuk melalui mulut dan keluar masuknya melalui mulut juga.

Upacara Megedong-Gedongan dan Kebijaksanaan.

Untuk menyambut kehamilan dibuatkan suatu upacara sajen berupa peras penyeneng : sebuah daksina berisi padi dan uang logam panca datu = diganti dengan uang kepeng, benang satu tukel, kelapa, telur serta biji-bijian lainnya yang melambangkan tumbuh hidup. Diletakkan di depan pintu masuk rumah dan si ibu hamil diminta mengheningkan cipta kehadapan Hyang Widhi di depan sajen kemudian diperciki air thirta. Sajen yang sudah digunakan dibuang ke tempat yang ada air jernih, upacara ini dilakukan sebaiknya pada hari Saniscara Umanis, wuku Watugunung, hari raya Saraswati agar si janin di dalam kandungan kelak menjadi orang yang berilmu dan berpengetahuan.

Bhagawad Githa menerangkan kepada kita pentingnya pengetahuan untuk mencapai moksa ;

Sraddhavami labhate jnanam

tatparah samyatendryah

jnanam labdhva param santim

acirena dhigacchati. (Bhagawad Githa, IV. 39)

Ia yang mempunyai kepercayaan yang memusatkan dirinya kepada Ilmu Pengetahuan tentang Aku dan yang menaklukkan indrianya, akan mendapat kebijaksanaan. Dan setelah mendapat kebijaksanaan ia segera akan mencapai puncak ketenangan.

Dr. Putu Melaya

Mantan Ketua Suka Duka Saraswati Pemuda Jagaraga 2001-2003

Buol, 3 Nopember 2008

Soma Beteng Kliwon

5 komentar:

  1. artikel ini sangat penting dan wajib untuk dibaca bagi umat hindu agar mengerti tentang arti atau makna dari suatu upacara, muat terus cheers

    BalasHapus
  2. dari komang awik bagus

    terus tingkatkan artikelnya sebagai sarana bacaan umat hindu

    BalasHapus
  3. matur suksma ping banget majeng ring Dr. Putu Melaya, artikel puniki side ngicalan malih kidik peteng ring pikayanan titiange.

    BalasHapus
  4. "Sang Anggapati (yeh nyom), Sang Prajapati (Sang Merajapati, rah), Sang Banaspati (ari-ari) dan Sang Banaspati Raja (lamas)."

    Pada sumber lain kok beda penamaan, coba disimak brikut :

    "lahirlah sang bayi beserta saudaranya yakni ari-ari disebut Sang Anta, tali pusar (Sang Preta), darah (Sang Kala), air ketuban (Sang Dengen). Keempat saudara ini yang memelihara semasih dalam kandungan. Ketika lahir keempat saudara tersebut berpisah dan berganti nama menjadi I Salahir (Anta), I Makahir (Preta), I Mekahir (Kala), dan I Salabir (Dengen), sedangkan badan manusia sendiri disebut dengan I Legaprana. Keempat saudara yang telah terpisah tersebut masih saling ingat satu sama lain. Kemudian kira-kira selama empat tahun kemudian, keempat saudara tersebut saling melupakan, dan menjelajahi dunianya sendiri-sendiri. I Salahir ke timur berganti nama menjadi Sang Hyang Anggapati, I Makahir ke selatan berganti nama menjadi Sanghyang Prajapati, I Mekahir ke barat menjadi Sanghyang Banaspati, I Salabir ke utara menjadi Sanghyang Banaspatiraja."

    Ari-ari -->banaspati atau anggapati??? Dst.

    Mohon pencerahan dan sumbernya, agar tidak salah kaprah. Suksma.

    BalasHapus
  5. "Sang Anggapati (yeh nyom), Sang Prajapati (Sang Merajapati, rah), Sang Banaspati (ari-ari) dan Sang Banaspati Raja (lamas)."

    Pada sumber lain kok beda penamaan, coba disimak brikut :

    "lahirlah sang bayi beserta saudaranya yakni ari-ari disebut Sang Anta, tali pusar (Sang Preta), darah (Sang Kala), air ketuban (Sang Dengen). Keempat saudara ini yang memelihara semasih dalam kandungan. Ketika lahir keempat saudara tersebut berpisah dan berganti nama menjadi I Salahir (Anta), I Makahir (Preta), I Mekahir (Kala), dan I Salabir (Dengen), sedangkan badan manusia sendiri disebut dengan I Legaprana. Keempat saudara yang telah terpisah tersebut masih saling ingat satu sama lain. Kemudian kira-kira selama empat tahun kemudian, keempat saudara tersebut saling melupakan, dan menjelajahi dunianya sendiri-sendiri. I Salahir ke timur berganti nama menjadi Sang Hyang Anggapati, I Makahir ke selatan berganti nama menjadi Sanghyang Prajapati, I Mekahir ke barat menjadi Sanghyang Banaspati, I Salabir ke utara menjadi Sanghyang Banaspatiraja."

    Ari-ari -->banaspati atau anggapati??? Dst.

    Mohon pencerahan dan sumbernya, agar tidak salah kaprah. Suksma.

    BalasHapus